Laman

Meet and Greet



Glitter Text Generator - http://www.sparklee.com

Kamis, 22 Maret 2012

"It's Us" By Faiz Acmal

Malam yang sunyi telah menjadi pucat pasi. Tiba-tiba, ia lenyap begitu saja yang tak kunjung berpamitan. Dan kadang bagiku, setiap waktu adalah malam. Ku merindu malam. Dan ku tak tahu malam, gelap dan kicauan dari jangkrik yang membuatku tertidur seperti sleeping beauty.
“Tok..tok..tok..!” Gina bangun! Sudah jam berapa ini..! cepat mandi sana!” kata Mama dengan kesal.
“Iya mama, sebentar lagi Gina turun kok. Ini lagi siap-siap” balas Gina.
Pagi itu serasa menjadi panas sekali. Tanpa ada kehangatan, kedamaian, ataupun kasih sayang. Saat itu, senyumku manjadi ranum dan agak simetris. Ya begitulah Mamaku. Cerewet, nyebelin, dan marah-marah terus. Hanya membuatku menjadi galau saja.
“Ma, Gina berangkat dulu ya..” cetus Gina.
“Ngk di makan dulu rotinya. Nanti kena maag lagi.” balas Mama dengan penuh belah kasihan.
“Ngk usah, Gina makan di kantin sekolah aja. Lagipula, sebentar lagi sudah mau bel. Bye, ma.”
“Byee..” balas Mama dengan senyum lebar.
“Kriiinggg..!” Jantungku berdetak kencang. Tak terkendalikan. Aku buru-buru masuk ruang kelas yang di penuhi pernik dari sang matahari. Lalu, terdengarlah suara bergesekan antara spidol dan papan tulis yang mememunculkan irama-irama rock. Then, irama itu telah menyayati hatiku hingga terukir sebuah potongan sejarah baru. Bagaikan sepasang kekasih yang sedang menari di antara gemerlapnya dari sang bintang. Sejarah itu terus di ukirkan. Di ratusan pohon cermai. Namun, sejarah pasti ada ujungnya. Setiap penerbangan pasti ada singgahnya. Setiap cuaca yang gelap gulita pasti akan di tingkahi dengan kebenderangan.
“Den..Hhhh...”
“Ya..”
“Belum di mulai kan pelajaran nya..?” cetus Gina sambil mengambil napas panjang.
“Belum. Lu kenapa engos-engosan gitu. Nih, minum dulu. Ntar lu pingsan lagi.” Jawab Denny.
“Thanks ya. Emangnya kalau gue pingsan kenapa..? bukanya ntar lu malah seneng gw jatuhnya di pundak lu..”
“Pede lu ketinggian..!”
“Biarin..!” Aku mulai membuka buku biology tanpa ada deja dan mulai menulis apa yang di tulis di papan tulis.
“Suut..! Gila tuh, Mr.Rio. Nulis materi sampe spidol nya mendelep abis kayak gitu. Buat kawat gue sakit juga lagi.” bisik Gina dengan lantang.
“Yaelah, udah dari dulu kayak gitu. Lu ngk ngeliat, kita sampai berapa kali ganti spidol gara-gara dia. 100 spidol men! And lu siapa suruh pake pager di gigi lu.” Jawab Denny dengan tegas dan geli.
“Huuh.. Dasar!”
Jalan menuju rumah cukup lenggang sore itu. Tak macet seperti biasanya. Begitupun aku masih sempat mendengarkan beberapa lagu di iPod ku. Seperti, U2, The Beatles, or Daughtry. Menyusuri jalan di jakarta memang serasa seperti menunggu di ruangan pengadilan. Dengan  wajah muram, kesal dan tanpa gairah. Antara jeda 15 menit. Akhirnya, aku sampai di rumah. Sesampai disana, aku langsung memasuki kamar, menghela nafas dan meletakkan tas ku di atas kasur.
“Gin..Gina..Makaan dulu yuk..” cetus Mama kepadaku di luar pintu kamar.
“Ya, Mah, sebentar lagi Gina turun kok.” balasku dengan rasa kantuk.
“RRrrrr....!” Air dingin mengalir dari keras westafel, dan aku membasuh muka. Mengelah napas, menatap wajah di cermin. Tetesan butiran-butiran jatuh dari dahi dan dagu. Dan melupakan kejadian yang weird saat di kelas.
Akhirnya aku turun kebawah untuk Dinner bersama Mama. Walaupun, diriku terlihat compang camping. Campur aduk. Sesaat terdengar saat ku menuju ruangan tengah. Terlihat ada papa di sana yang enak sekali sedang mengobrol dengan Mama. Mesrah. Dan kelihatan tak bisa di ganggu. Misalnya, kalau Pa & Mi gue masuk nominasi pemilihan “Couple Of The Year” Gue sudah pasti memilih mereka di banding memilih “Angelina Jolie and Brad Pitt. Hahaha” tawaku menjadi halusinasi.
“Gin...!” cetus Papa sambil menatapku dengan rindu.
“Papa..Kok udah balik dari Belanda? Emangnya Papa sudah selesai tugasnya? Sampai di rumah kapan?” Balasku dengan banyak rasa ingin tahu.
“Sudah. Tapi, Papa 3 hari lagi harus pergi lagi ke jepang. Ada panggilan kesana” jawab Papa.
“Oh...Sungguh, di tinggal Papa bisa membuatku serasa kehilangan jantungku.” Jawabku di dalam hati. “Oh...! Pa,Mi, ayo makan! Gina udah kelaparan”
    Sesungguhnya aku senang sekali Papa datang. Walaupun perkiraan Cuma 1 tahun 3 kali ke rumah. Tapi, ada hal lain membuatku sedih. Yaitu...
    Kebetulan besok libur. Aku bakal isi satu hari libur itu dengan berdua saja dengan Papa. Mengisi kekosongan yang sebelumnya telah terisi penuh. Pa, “I Missed You, Please Don’t Go.”
    “Pa, besok jalan-jalan yuk. Kan udah lama ngk jalan-jalan bareng.” Kata Gina.
    “Oke. Kita jalan sekeluarga ya!” jawab Papa.
    “Mama ngk bisa. Maaf ya. Besok Mama ada client banyak” jawab Mama.
    “Yaudah..Gapapa, Ma.” Balas Gina.
    Bulan serasa telah muncul saat itu. Rembulan, bintang, langit. Semuanya ada, tak ada yang tak ada. Karena kaulah bulan itu, Papa. Berhari-hari kau merekat, hingga tak terkoyak oleh sang waktu. Lalu, tiba-tiba kita dan papa berpisah, dan menuju ke sudut yang kosong di bawah langit. Yang lalu, kekosongan itu terisi kembali atas hari esok.
    Ku beranjak ke atas. Dan menuju ke gudang secara sembunyi-bunyi. Lalu, kulihat ada kotak tua. Kusam dan pantas untuk di buang. Tapi, tidak untuk yang di dalamnya. Karena, di sana ada banyak sekali kenangan-kenangan bersama Papa. Itulah yang kucari!
    Secara malam itu ku hentikan acara mengerjakan PR Biology, Physics, dan bahan pertemuan OSIS next week. Untuk, mengerakan semua ini. Memotong foto-foto, menulis karya, dan membuat satu album buku yaitu “It’s Us” so turn up the music!! “ZzzZzz...!!!! You raise me up, to more than i can be” saat itu, mendengar kata itu. Tak ada kata lain selain “Menangis.”
    “Hooamm..!” Shubuh tak sedingin yang ku kira. Hari itu hujan deras, hingga terdengar petir dari segala arah dari sudut manapun. Yang juga mengembunya kaca jendelaku hingga terlihat samarnya saja. Walaupun begitu, aku harus menyelesaikanya 1 jam ini.
    Jarum jam menunjukkan pukul 5 pagi. Sejuk, dingin, dan bulu kuduk secara bergetar terus. Tiba-tiba...
    “Gina...Gina. Jogging yuuk...!” sahut Denny dari luar rumahku.
    “Dingin kayak gini! Gila lu ya!” balasku dengan tegas.
    “Gapapa Gin, seger tau...”
    “Oke...Tunggu 10 menit ya..!”
    Senayan. Tak biasa orang pada menuju tempat itu. Sebagai tempat ajangnya rekreasi para penjogging. Layaknya seperti semut colony yang sedang memindahkan telurnya ke tempat lain.
    “Eh...Gin..Hhhh!” cetus Denny sambil berlari.
    “Apaan....!” balasku sambil melepas headset iPod ku.
    “Nanti, lu mau ikut ngk ke Internationa Book Fair di kota..!”
    “Ih..Gua ngk ngerti lu ngomong apaan, Den, Stop dulu deh! Take a break for a while.”
    “Oke..Jadi nanti Gue, Siska, Rio, Lala pengen ke IBF  di kota, mau ikut ngk..?”
    “Oh...! sorry gua ngk bisa den, nanti gua ada acara. Ngk apa-apa kan kalau gua ngk ikut. Nanti ngambek lagi..” kataku kepada Denny.
    “Ih..Apaan sih! Ngaco omongan lu.. yaudah deh gapapa!” balas Denny dengan kebingungan.
    “Shower Time” telah selesai. Pagi mulai menghilang. Siang pun datang dengan perlahan. Selambat-lambatnya dia datang. Jam di kamarku menunjukan pukul 09.03am.  Ku beranjak dari kamarku dan mengambil album itu dan memasukkanya secara lembut ke dalam tas jinjing ku.
    “Ayo,Pa, berangkat..!” 
    “Gin, kamu naik mobil duluan. Papa nanti nyusul ya..!” jawab Papa sambil memencet nomor di handphone nya.
    Tujuan ke arah PIM. Memang tak biasanya bersahabat. Banyak pencopet, pemalak bahkan kemacetan pun sungguh sulit untuk di damaikan. Dalam selang waktu 3 jam. Kita berdua sampai di PIM.
    Ya begitulah PIM. Indah di luar, bagus juga di dalam. Selesai berbelanja ini itu seperti, baju, sepatu, dan kebutuhan dapur. Kita berdua memilih makan di Hanamasa. Karena sudah lama tak nyushi bareng Papa. Lalu....
    “Kriiingg” suara terdengar dari handphone Papa. Dan perasaanku tidak enak. Seperti, layaknya makan sushi ini.
    “Selamat Pagi. Dengan Bp.Agus. Ini dari kantor pak, mulai besok bapak kata Bos harus segera berangkat ke Jepang. Di karenakan ada urusan serius, jadi di percepat. Passport dll sudah di urus kantor Pak. Jadi bapak tinggal siap-siap saja” cetus lantang dari handphone Papa.
    “Oh..! Terima Kasih Pak atas infonya.” Balas Papa dengan harap.
    “Sama-sama.Pagi.”
    Ternyata feeling ku memang benar. Keberangkatan papa ke Jepang akan di percepat. Kenapa semua ini harus terjadi padaku.
    “Papa besok harus berangkat ya..?” kataku dengan lesu.
    “Iya, nak. Besok Papa harus segera berangkat ke Jepang. Ada urusan yang serius.” Balas Papa sambil tersenyum.
    Pikiranku di mobil. Sangat susah sekali di mengerti. Di cerna. Hanya tentang keberangkatan Papa yang aku pikirkan. Tak ada yang lain.
    “Hmm.. Pa, ini ada kenang-kenagan dari aku.”
    “Apa ini..”It’s Us!” balas Papa dengan kaget.
    “Hmmm..itu Cuma sekedar buku album, isinya tentang kita semua. Papa, Mama dan Aku. Jadi kalau Papa lagi bosen atau apa. Kalau melihat album ini, di jamin pasti tidak bakal bosen lagi.” Balasku dengan serius.
    “Hahaha...aneh-aneh aja kamu Gin..” tawa Papa dengan geli.
    “Ih..Kok. malah di ketawain.”
    “Ya..ya!”
    Menunggu di Soekarno Hatta Airport seperti layaknya menunggu di recepcionist rumah sakit. Tapi kalau nunggu yang ini, versi nya lebih sadis lagi.
    “Sudah ya, Papa berangkat dulu. Jaga Mama ya Gin. Jangan suka buat Mama jadi stress” kata Papa kepadaku.
    “Iya. Pa.Selamat Jalan, hati-hati ya...” balasku sambil menetes air mata satu per satu.
    Ternyata kepergian Papa kali ini beda. Ia pergi selama 2,5 tahun. Untuk melakukan pekerjaan di sana. Yang lumayan serius.
    2,5 tahun lamanya ku belajar. Akhirnya aku bisa menembus Universitas Indonesia. Di jurusan FKG(Fakultas Kedokteran Gigi). Seandainya Papa datang waktu aku Graduate. Nasib baik memang tak lagi datang kepadaku.
 Menunggu Pak supir memang membuatku kesal. Karena kelamaanya. Bisa membuatku ambien duduk di sofa depan kampus yang nyatanya tak nyaman untuk di duduki. Seandainya Papa di sini, pasti aku sudah boleh membuat SIM A. Tapi, sayangnya belum boleh sama Mama. Tiba-tiba berhembus angin dari arah barat!!
“Gin..Ayo naik..!” sahut Papa dengan senyuman.
“Pa..Papa...!” balasku dengan kaget setengah mati.
Malam pada hari itu penuh dengan mimpi-mimpi dan keceriaan. Bagaikan sepasang burung merpati yang mengibaskan sayapnya yang begitu suci. Kau redupkan cahaya lampu hingga terlihat betapa terangnya langit di atas sana. Kau memberi ku pelajaran untuk belajar dari kesalahan. Good Night, Papa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Read more: Cara Membuat Navigasi Page Number Di Blogspot ~ Belajar Nge-Blog http://kumpulan-tutorial86.blogspot.com/2011/06/cara-membuat-navigasi-page-number-di.html#ixzz1ppz6mC2Y Under Creative Commons License: Attribution